Makna wahyu yang sering kita dengar dikalangan
masyarakat umum adalah suatu petunjuk dari Allah SWT yang diturunkan hanya
kepada nabi dan rasul melalui malaikat Jibril, mimpi-mimpi dan seabagainya. Namun,
sehubungan dengan itu, dalam al-Qur`an terdapat banyak sekali lafaz wahyu dan
tentunya memiliki makna yang berbeda-beda, sehingga jika seseorang mengartikan
seluruh makna wahyu dalam al-Qur`an hanya dengan definisi tersebut di atas,
maka akan banyak kekeliruan yang sangat fatal dalam memahami makna dari lafaz-lafaz
wahyu yang berbeda-beda tersebut.
Bahkan mungkin ia akan memiliki pemahaman bahwa setiap makhluk di dunia ini memiliki nabi atau rasulnya masing-masing, karena dalam al-Qur`an lafaz wahyu tidak selamanya digunakan kepada nabi atau rasul saja, akan tetapi lafaz tersebut juga digunakan untuk manusia biasa, hewan dan bahkan untuk setan. Berikut adalah contoh beberapa makna wahyu yang memilki makna yang berbeda-beda:
Bahkan mungkin ia akan memiliki pemahaman bahwa setiap makhluk di dunia ini memiliki nabi atau rasulnya masing-masing, karena dalam al-Qur`an lafaz wahyu tidak selamanya digunakan kepada nabi atau rasul saja, akan tetapi lafaz tersebut juga digunakan untuk manusia biasa, hewan dan bahkan untuk setan. Berikut adalah contoh beberapa makna wahyu yang memilki makna yang berbeda-beda:
Pertama, Wahyu yang berarti al-ilhām al-fitrī li
al-insān (sifat bawaan yang ada pada manusia atau bisa disebut dengan naluri).
Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Qasash [28]:7
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ
أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ
فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ
الْمُرْسَلِينَ
Dan kami ilhamkan kepada
ibunya Musa, “susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka
hanyutkanlah dia ke sungai (nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya
kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.”
Makna wahyu dalam ayat di atas adalah ilham dari Allah SWT berupa naluri
kemanusiaan yang menjadi sifat bawaan dari manusia. Ayat ini turun ketika nabi Musa
a.s dilahirkan oleh ibunya pada saat Firaun memerintahkan untuk menyembelih
setiap anak laki-laki yang dilahirkan, sehingga ibunya nabi Musa cemas, lalu Allah
SWT memberikan ilham berupa naluri kepada ibunya Musa untuk menyusui anaknya
dan menghanyutkan Musa ke sungai Nil.
Kedua, Wahyu yang berarti al-ilhām
al-gharīziy li al-hayawān (insting atau watak yang diberikan kepada hewan).
Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat an-Nahl [16]: 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ
أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan tuhanmu mengilhamkan kepada
lebah, buatlah sarang-sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia,
Makna wahyu dalam ayat ini bermakna
insting. Artinya bahwa Allah SWT memberikan insting kepada lebah untuk membuat
sarang mereka di pegunungan, pepohonan, kayu dan di tempat-tempat yang dibuat
oleh manusia. Pemberian insting ini merupakan hidayah dan ilham khusus yang
diberikan Allah SWT kepada hewan agar dapat bertahan hidup dan melangsungkan
kehidupannya.
Ketiga, Wahyu yang berarti al-isyārah
as-sarī’ah alā sabīli ar-ramzi wa al-īhāi` (isyarat yang cepat dengan
menggunakan simbol atau tanda). Seperti firman Allah SWT dalam surat Maryam
[19]: 11
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ
الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَن سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Maka dia keluar dari mihrab menuju
kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu
pagi dan petang.
Makna wahyu dalam ayat diatas
bermakna suatu isyarat yang cepat (reflek) dengan memberikan isyarat berupa
simbol atau tanda. Ayat ini menjelaskan tentang nabi Zakariya yang keluar dari
mushallanya ketika memerintahkan kaumnya untuk bertasbih pada waktu pagi dan
petang, sedangkan saat itu ia sedang menjalankan perintah Allah SWT untuk tidak
berbicara kepada manusia sebagai tanda atas kebenaran janji Allah SWT kepadanya
untuk memberikan anak. Oleh karena itu nabi Zakariya secara reflek memberikan
isyarat kepada kaumnya dengan menggunakan tangannya dan dengan sesuatu yang
lainnya.
Keempat, Wahyu yang berarti waswasat
asy-syaithan (bisikan setan). Sperti dalam firman Allah SWT dalam surat
al-An’am [6]: 121:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ
يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ
أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Dan janganlah kamu memakan dari apa
(daging hewan) yang ketika disembelih tidak disebut nama Allah, perbuatan itu
benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikan kepada
kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu
kamu telah menjadi orang musyrik.
Makna wahyu dalam ayat ini bermakna bisikan
setan kepada rekan-rekannya agar mereka membisikan kepada manusia untuk
membantah apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulnya berupa larangan
memakan bangkai dan daging hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah
SWT atau untuk mengerjakan kejelekan dan
kejahatan diantara umat manusia. Dalam ayat lain dijelaskan:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ
نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ
زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikian untuk setiap
nabi kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan (dari jenis) manusia
dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan)
yang mereka ada-adakan. (al-An’am [6] 112)
Kelima, Wahyu yang berarti mā
yulqihi Allah ila malāikatihi min amrin li yafalūhu (sesuatu yang
disampaikan Allah SWT kepada malaikat berupa suatu perintah untuk dilaksanakan).
Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Anfal [8]: 12
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ
أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ
فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
(Ingatlah), ketika tuhanmu
mewahyukan kepada para malaikat, “sesungguhnya aku bersama kamu, maka
teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” Kelak akan aku berikan
rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher
mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka.
Lafadz wahyu dalam ayat ini bermakna
sesuatu yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat berupa perintah yang harus disampaikan
dan dilaksanakan. Ayat ini menceritakan tentang pertolongan Allah SWT kepada
nabinya, agamanya dan orang-orang mukmin tatkala perang badar yang mana jumlah
pasukan kaum muslimin sekitar 300 orang sedangkan pasukan orang-orang musyrik
berjumlah 1000 orang bahkan lebih. Allah SWT menolong mereka dengan mengirim
pasukan malaikat dan menguatkan kaki dan hati mereka. Adapun definisi wahyu
yang datang kepada nabi Muhammad SAW dan para nabi sebelumnya adalah
sebagaimana dijelaskan di awal. Hal ini dijelaskan firman Allah dalam surat
asy-Syuara [26]: 192-195.
Referensi:
Mana` al-Qatthan: Mabahis fi ulum al-Quran