Tuesday 20 May 2014

LIMA MAKNA WAHYU DALAM AL-QUR`AN


Makna wahyu yang sering kita dengar dikalangan masyarakat umum adalah suatu petunjuk dari Allah SWT yang diturunkan hanya kepada nabi dan rasul melalui malaikat Jibril, mimpi-mimpi dan seabagainya. Namun, sehubungan dengan itu, dalam al-Qur`an terdapat banyak sekali lafaz wahyu dan tentunya memiliki makna yang berbeda-beda, sehingga jika seseorang mengartikan seluruh makna wahyu dalam al-Qur`an hanya dengan definisi tersebut di atas, maka akan banyak kekeliruan yang sangat fatal dalam memahami makna dari lafaz-lafaz wahyu yang berbeda-beda tersebut.
Bahkan mungkin ia akan memiliki pemahaman bahwa setiap makhluk di dunia ini memiliki nabi atau rasulnya masing-masing, karena dalam al-Qur`an lafaz wahyu tidak selamanya digunakan kepada nabi atau rasul saja, akan tetapi lafaz tersebut juga digunakan untuk manusia biasa, hewan dan bahkan untuk setan. Berikut adalah contoh beberapa makna wahyu yang memilki makna yang berbeda-beda:
Pertama, Wahyu yang berarti al-ilhām al-fitrī li al-insān (sifat bawaan yang ada pada manusia atau bisa disebut dengan naluri). Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Qasash [28]:7
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Dan kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (nil). Dan janganlah engkau takut  dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.”

Makna wahyu dalam ayat di atas adalah ilham dari Allah SWT berupa naluri kemanusiaan yang menjadi sifat bawaan dari manusia. Ayat ini turun ketika nabi Musa a.s dilahirkan oleh ibunya pada saat Firaun memerintahkan untuk menyembelih setiap anak laki-laki yang dilahirkan, sehingga ibunya nabi Musa cemas, lalu Allah SWT memberikan ilham berupa naluri kepada ibunya Musa untuk menyusui anaknya dan menghanyutkan Musa ke sungai Nil.
Kedua, Wahyu yang berarti al-ilhām al-gharīziy li al-hayawān (insting atau watak yang diberikan kepada hewan). Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat an-Nahl [16]: 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, buatlah sarang-sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,

Makna wahyu dalam ayat ini bermakna insting. Artinya bahwa Allah SWT memberikan insting kepada lebah untuk membuat sarang mereka di pegunungan, pepohonan, kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Pemberian insting ini merupakan hidayah dan ilham khusus yang diberikan Allah SWT kepada hewan agar dapat bertahan hidup dan melangsungkan kehidupannya.
Ketiga, Wahyu yang berarti al-isyārah as-sarī’ah alā sabīli ar-ramzi wa al-īhāi` (isyarat yang cepat dengan menggunakan simbol atau tanda). Seperti firman Allah SWT dalam surat Maryam [19]: 11
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَن سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.

Makna wahyu dalam ayat diatas bermakna suatu isyarat yang cepat (reflek) dengan memberikan isyarat berupa simbol atau tanda. Ayat ini menjelaskan tentang nabi Zakariya yang keluar dari mushallanya ketika memerintahkan kaumnya untuk bertasbih pada waktu pagi dan petang, sedangkan saat itu ia sedang menjalankan perintah Allah SWT untuk tidak berbicara kepada manusia sebagai tanda atas kebenaran janji Allah SWT kepadanya untuk memberikan anak. Oleh karena itu nabi Zakariya secara reflek memberikan isyarat kepada kaumnya dengan menggunakan tangannya dan dengan sesuatu yang lainnya.
Keempat, Wahyu yang berarti waswasat asy-syaithan (bisikan setan). Sperti dalam firman Allah SWT dalam surat al-An’am [6]: 121:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang ketika disembelih tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik.

Makna wahyu dalam ayat ini bermakna bisikan setan kepada rekan-rekannya agar mereka membisikan kepada manusia untuk membantah apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulnya berupa larangan memakan bangkai dan daging hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah SWT  atau untuk mengerjakan kejelekan dan kejahatan diantara umat manusia. Dalam ayat lain dijelaskan:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikian untuk setiap nabi kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan. (al-An’am [6] 112)

Kelima, Wahyu yang berarti mā yulqihi Allah ila malāikatihi min amrin li yafalūhu (sesuatu yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat berupa suatu perintah untuk dilaksanakan). Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Anfal [8]: 12
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
(Ingatlah), ketika tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” Kelak akan aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka.

Lafadz wahyu dalam ayat ini bermakna sesuatu yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat berupa perintah yang harus disampaikan dan dilaksanakan. Ayat ini menceritakan tentang pertolongan Allah SWT kepada nabinya, agamanya dan orang-orang mukmin tatkala perang badar yang mana jumlah pasukan kaum muslimin sekitar 300 orang sedangkan pasukan orang-orang musyrik berjumlah 1000 orang bahkan lebih. Allah SWT menolong mereka dengan mengirim pasukan malaikat dan menguatkan kaki dan hati mereka. Adapun definisi wahyu yang datang kepada nabi Muhammad SAW dan para nabi sebelumnya adalah sebagaimana dijelaskan di awal. Hal ini dijelaskan firman Allah dalam surat asy-Syuara [26]: 192-195.

Referensi:
Mana` al-Qatthan: Mabahis fi ulum al-Quran


...
Powered by Blogger.