Saturday 11 January 2014

BAGAIMANA MENGATASI RINDU BERLEBIHAN




“Rasa rindu itu adalah siksaan. Jika didorong nafsu, maka siksannya akan lebih menyayat” (Abu Tamam 845 M)
Syair yang ditulis oleh seorang penyair terkemuka yang wafat pada 231 H/845 M, Abu Tamam Habib bin Aus, cukup memberikan gambaran singkat tentang dampak yang diakibatkan oleh rasa kengen akut bercampur nafsu yang menyerang sejoli. Gairah tersebut telah melampaui batas normal cinta kepada sesama manusia dan lebih mendekati nafsu.
Syekh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd mencoba memberikan sejumlah solusi sederhana untuk mengatasi kegalauan kebanyakan muda-mudi yang tengah dilanda asmara. Buah pemikirannya itu, tertuang apik dalam sebuah buku yang dia beri judul Al-Isyq; Haqiqatuhu, Khathruhu, Asbabuhu, I’lajuhu.
Kondisi rindu yang akut itu, mengemuka pula sebagai bahasan menarik dikalangan generasi salaf. Ini lantaran dinamika cinta dua sejoli melintas generasi. Tokoh salaf terkemuka, Ibnu Abd al-Baar. Pernah mengemukakan tentang hakikat rasa kangen. Dia menegaskan bahwa, seperti yang dijelaskan oleh tokoh bijak, rasa kangen sejatinya adalah bentuk kekosongan hati.
Abu al-Abbas Ahmad bin Yahya, pernah ditanya komparasi antara rasa cinta dan perasaan kangen, manakah kedua hal itu yang lebih utama? Dia lebih memilih cinta ketimbang rasa kangen. Karena, pada dasarnya dalam perasaan itu terdapat unsur berlebih-lebihan.
Ibnu al-Qayyim bahkan menegaskan, perasaan kangen itu adalah suatu penyakit yang tak satupun dokter mampu memangkasnya. Nyaris sulit terobati. Dan rasa kangen bisa berubah menjadi “virus”  mematikan yang mengancam kebersihan hati. Sekali api rindu menyala, akan sulit memadamkannya.
Derajat rindu, kata Ibnu Qayyim, bisa merangkak naik ke level syirik bila memosisikan kecintaan dan kerinduan kepada pasangan melebihi tunduk dan cinta kepada Allah SWT. “Kondisi yang demikian merupakan fitnah yang besar,” tuturnya, seperti dinuqilkan oleh Syekh al-Hamd.
Syekh al-Hamd melanjutkan, dampak horizontal dari rasa kangen yang berlebihan dan lebih cenderung dekat pada nafsu birahi itu antara lain munculnya tindakan lalim. Tindakan menghalalkan segala cara agar kangennya terobati pun bisa saja muncul. Seorang perindu akan berbohong supaya keinginannya tercapai. Dan muara dari perasaan yang berlebihan tersebut adalah kemaksiatan seksual.
Syekh al-Hamd mengungkapkan, beberapa faktor pemicu rindu berlebiahan tersebut muncul. Tentu yang pertama adalah berpaling dari zikir atau mengingat selalu keberadaan Allah SWT. siapapun yang menghadirkannya di tiap waktu, hatinya akan tertuju pada sang khaliq.
Sebab kedua adalah ketidaktahuan akan bahaya yang diakibatkan. Faktor ketiga ialah kekosongan waktu. Kurang maksimalnya penggunaan waktu untuk kegiatan-kegiatan posotif disinyalir sebagai penyebab yang paling dominan.
Seorang tokoh salaf, Ibnu Aqil, pernah mengatakan, rasa kangen itu kebanyakan menghinggapi individu yang tak banyak beraktivitas dan menyibukkan diri dalam aktivitas bermanfaat. Lihat saja, mana pernah pekerja sibuk seperti pedagang sempat-sempatnya berkangen-kangen ria. “apa lagi para pegiat ilmu syariah” tutur Ibnu Aqil.
Dan keempat, ketidak siapan individu dalam menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi. Penggunaan jejaring sosial yang semakin masif kian memudahkan komunikasi antar lawan jenis. Ironisnya, ini justru acap kali disalahgunakan untuk tindakan terscela.
Maka tak ada cara lain, ungkap Syekh al-Hamd, selain memurnikan tuhid dan penghambaan kepada Allah SWT semata. Ketika hati, kata Ibnu Taimiyah, telah merasakan lezatnya beribadah kepada Allah SWT dan ikhlas kepadanya, maka tak ada apa pun yang lebih manis dan nikmat dari kondisi itu.
Lihat saja saat Allah SWT memalingkan semua tindak keji dari Yusuf AS, buah keikhlasan kepada tuhannya. “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andai kata dia tidak melihat tanda (dari) tuhannya. Demikianlah agar kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang terpilih.”
Dan sibukkan selalu, ujar al-Hamd, diri anda dengan perkara-perkara positif agar terlupakan dari hiruk pikuk perasaan tersebut. Ikhtiar itu, imbuh Syekh al-Hamd, mesti diperkuat pula dengan sokongan doa. Berdoalah, agar dijauhkan dari cobaan berperasa kangen yang berlebihan itu.

...
Powered by Blogger.